Pola Asuh Yang Mengiming-ngimingi Sesuatu Pada Anak

Pola Asuh Yang Mengiming-ngimingi Sesuatu Pada Anak
Pola Asuh Yang Mengiming-ngimingi Sesuatu Pada Anak
Perkembangan Balita - Sering kita melihat dan mendengar  bahwa para orang tua untuk membujuk anaknya agar mengikuti kemauan mereka sering mengiming-ngiming si anak dengan sesuatu.

Nah, di bawah ini akan kami sampaikan tentang efek positip dan negatif dan tips untuk menangani  pola asuh yang demikian. 

MOTIVASI DARI LUAR DIRI
Pada balita, iming-iming janji atau reward, biasanya diberikan untuk rentang waktu pendek; bila ia mau melakukan sesuatu, maka dapat hadiah. Untuk balita, dorongan motivasinya memang harus dimulai dari luar dirinya seperti itu. Sementara iming-iming pada anak usia sekolah diberikan untuk rentang waktu jangka panjang. Umpama, “Jika rapormu bagus,nanti dibelikan sepeda.” Sering juga anak diberikan pilihan, semisal, “mau sepeda atau playstation?”

SULIT MENERAPKAN DISIPLIN
Namun, jangan semua hal diimingi. Tidak tepat memberi iming-iming terhadap tugas keseharian yang seharusnya sudah kewajiban, seperti mandi, makan, tidur, dan lainnya. Bila segala hal atau kewajiban rutinnya sering diimingi, anak jadi terbiasa melakukan sesuatu hanya kalau ada iming-iming. Jika tidak, ia tak mau melakukannya. Akibatnya, orang tua jadi tak punya wibawa dan sulit menerapkan disiplin pada anak.

TEPATI DAN KONSISTEN
Jadi, boleh saja mengimingi sesuatu untuk memotivasi anak. Tetapi harus yang bersifat positif dan sesuai kemampuan orang tua, baik dari segi waktu, biaya, dan lainnya. Tentu orang tua harus menepati dan konsisten. Dari sini anak belajar bahwa janji harus ditepati; apa yang dijanjikan harus terwujud dalam kenyataan. Jika terpaksa ditunda, beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami sesuai usia anak. Hal ini juga mengajarkan padanya bahwa fleksibilitas itu perlu dalam hidup.

BILA INGKAR JANJI
Jangan remehkan kemampuan si balita dalam mengingat, terlebih usia anak sekolah. Apa yang diimingi orang tua bisa terpatri dalam ingatan dan ia sangat berharap, tak tertutup kemungkinan ia akan menagih. Ia akan kecewa bila orang tua mengingkarinya. Jika kejadian ini terulang, anak merasa tak dihargai dan menganggap orang tuanya tidak sungguh-sungguh. Ia jadi sulit percaya omongan orang tua sehingga akan muncul sikap-sikap negatif seperti sulit diatur, membangkang, dan sebagainya. Selain itu, anak akan meniru perilaku ingkar janji, tak bicara jujur atau boleh berbohong untuk menyenangkan orang lain. Lama-lama hal ini akan terbentuk jadi kebiasaan.

Nah, para pembaca Perkembangan Balita, semoga informasi pola asuh di atas bermamfaat bagi Anda dalam mengasuh anak...Semoga bahagia selalu.

Comments