Pola Asuh Yang Mengancam Anak

Pola Asuh Yang Mengancam Anak
Pola Asuh Yang Mengancam Anak
Perkembangan Balita - Selain menakut-nakuti, banyak orang tua juga “hobi” mengancam anak. Semata lantaran kesal melihat perilaku atau sikap anak yang tak mau menuruti apa kata orang tua.

USIA 0-12 BULAN : MUDAH CEMAS DAN TAKUT
Bayi memang tak mengerti ancaman yang dilontarkan orang tuanya, tetapi dia memperhatikan ada perubahan mimik wajah dan sikap. Biasanya orang tua tampak tersenyum dan ramah, kini malah sebaliknya, apalagi ditambah intonasi suara yang tinggi. Efek negatif yang mungkin terjadi, bayi jadi mudah cemas dan takut yang tak beralasan.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA 
Bersikap sabar dan memerhatikan kondisi/kebutuhan bayi sangat diutamakan. Misal, bayi terus menangis, mungkin ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman, entah digigit serangga atau sakit. Mengancam jelas-jelas bukan tindakan tepat. Menggendong, mengayun-ayun, melantunkan nyanyian merdu, dan sebagainya bisa menjadi solusi yang baik.

USIA 1-3 THAUN : TERTEKAN DAN TRAUMA
“Kalau Ade enggak berhenti teriak-teriak, Bunda kunci di dalam kamar!” Begitulah kira-kira contoh ancaman yang dilontarkan orang tua. Akibatnya, selain anak tak paham alasan kenapa ia dikunci di dalam kamar, kata-kata seperti ini akan membuatnya tertekan dan trauma.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA
Coba berdialog dengan anak. Kalau orang tua merasa sikap atau apa yang dilakukan anak salah, jelaskan sesuai tingkat pemahaman anak usianya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Bagaimanapun anak membutuhkan bimbingan dan penjelasan. Kalau bukan orang tua, siapa lagi yang akan mengoreksi perilaku atau sikap buruk anak. Ancaman jelas bukan jalan yang efektif.

USIA 3-5 TAHUN : AKTIVITAS TERBATAS
Kalau tindakan mengancam terus dilakukan, anak merasa aktivitasnya terbatas. Umpama, ayah mengancam dengan kata-kata, “Pokoknya Ayah enggak akan belikan kamu mainan baru kalau kamu masih suka main kotor-kotoran.” Anak merasa seperti diawasi sehingga kurang bebas berekspresi.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA
Si kecil tak perlu diancam. Cukup diberi tahu, misalnya, perbuatan atau sikapnya itu tak boleh dilakukan atau salah. Jelaskan juga padanya, kenapa ia tak boleh melakukan hal tersebut. Pada anak usia ini harus sudah ditanamkan pengertian akan nilai-nilai yang boleh dan tak boleh dilakukan.

USIA 6-9 TAHUN : SERBA SALAH
Jika ancaman orang tua masih dialami anak usia ini, jelas tak akan baik dampaknya bagi perkembangan psikologis anak. Apalagi anak dalam masa pengembangan diri, mencari minat  dan kemampuannya sendiri. Kalau anak selalu diancam, tentu dia akan merasa serba salah melakukan berbagai hal.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA :
Ajak anak berdiskusi membahas persoalan yang dihadapi. Coba dengarkan pendapat dan isi hati anak, kenapa dia ingin melakukan hal tertentu yang menurut orang tua tidak baik atau salah. Mungkin dari kacamata anak ada sesuatu yang ingin dia coba karena didorong rasa penasarannya. Kalau memang apa yang hendak dilakukannya salah, beri pengertian dan pemahaman bahwa itu salah dan sebagainya.

USIA 9-12 TAHUN : TAK PERCAYA DIRI
Bila di masa ini anak masih sering mendapat ancaman orang tua, dia akan tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya diri atau minder. Pada perkembangan selanjutnya, mungkin saja dia menjadi anak yang memiliki masalah di sekolah dan bahkan tidak menghormati orang tuanya.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA :
Sekali lagi, jalan yang efektif adalah menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Jangan menganggap anak usia sekolah seperti anak balita, segala sesuatunya selalu mendapat ancaman. Pahamilah dunia anak dan jadikanlah anak sebagai teman bukan seperti anak kecil melulu mesti diancam agar mau mengikuti kehendak ayah atau ibunya.

Nah, para pembaca Perkembangan Balita, semoga informasi pola asuh di atas bermamfaat bagi Anda dalam mengasuh anak...Semoga bahagia selalu.

Comments

  1. Maaf saya ikut copas artikelnya, terima kasih banyak, manfaatnya dapat dirasakan banyak orang dan yg posting artikel ini bertambah ilmunya, amiin

    ReplyDelete

Post a Comment