Mengetahui Sembelit Pada Anak

Mengetahui Sembelit Pada Anak
Mengetahui Sembelit Pada Anak
Perkembangan Balita - Orang awam mengatakan sembelit bila anaknya susah buang air besar. Dalam istilah kedokteran, sembelit dikenal sebagai konstipasi. Ada dua hal yang penting dalam menentukan apakah seorang anak mengalami konstipasi atau tidak, yaitu frekuensi buang air besarnya (berhajat) dan konsistensi (bentuk) tinjanya. Pada anak dengan konstipasi, frekuensi berhajatnya lebih jarang dari biasanya dan konsistensi tinjanya lebih keras dari biasanya.

Pada sebagian besar kasus, sembelit merupakan penyakit fungsional, yakni tidak ditemukan kelainan organik (jaringan tubuh) sebagai penyebabnya. Hanya pada sebagaian kecil (lima persen) penyebab organik ditemukan, misalnya penyakit hirschsprung (kelainan bawaan saraf usus), kelainan saraf batang tubuh bagian bawah (misalnya spina bifida), kelainan hormon dan sebagainya. Biasanya gejala sembelit telah muncul pada awal kehidupan.

Pada anak berusia  lebih dari 2 tahun, frekuensi berhajatnya  sudah sama dengan dewasa, yakni rata-rata sekali sehari, tapi dapat berkisar antara sejarang-jarangnya setiap kali tiap tiga hari sampai sering-seringnya tiga kali sehari, sepanjang konsistensi tinjanya normal. Jadi, yang lebih penting untuk menentukan konstipasi ialah konsistensinya. Walaupun anak berhajat setiap hari, tetapi tinjanya keras, anak tergolong menderita konstipasi. Bentuk tinja tergantung pada kandungan airnya. Tinja yang cair, karena mengandung banyak air, menunjukkan anak menderita diare. Tinja yang keras, karena kandungan airnya sedikit, menunjukkan anak menderita konstipasi. Tinja yang normal ialah tinja yang berbentuk seperti pisang, tidak keras dan tidak cair.

Proses buang besar dimulai manakala terbentuk tinja yang cukup besar di bagian bawah usus besar dekat anus. Tinja akan meregangkan usus besar dengan akibat timbul sensasi ingin berhajat di otak anak. Dengan sensasi tersebut anak akan meminta berhajat, kemudian mengejan, dan keluarlah tinja. Dengan mengetahui proses berhajat, kita dapat mengetahui kira-kira penyebab terjadinya sembelit.

Pembentukan tinja di usus besar memerlukan kerangka tinja yang terdiri dari serat tumbuhan. Tanpa asupan serat yang cukup, tinja kurang terbentuk sehingga tidak ada sensasi untuk berhajat. Malangnya, makin lama tinja tertahan di usus besar akan makin keras karena cairannya akan terus diserap usus.

Kasus sembelit seperti ini terjadi pada anak yang kurang makan sayuran dan buah yang merupakan sumber serat makanan. Atau pada anak yang hanya minum susu, tetapi tidak mau makan makanan padat. Sering kali anak seperti ini mengalami kegagalan masa transisi dalam proses belajar makan.

PROSES BELAJAR MAKAN PADA ANAK

Proses belajar makan pada anak mencakup tiga tahapan.
  • Tahap pertama pada 6 bulan pertama kehidupan, dimana anak cukup minum ASI atau formula atau campuran. 
  • Tahap ketiga setelah usia satu tahun, anak sudah dapat makan makanan keluarga, berupa nasi, lauk-pauk dan sayur. 
  • Diantara kedua tahap itu ialah tahap kedua, antara enam bulan sampai satu tahun, yang merupakan masa transisi. Pada tahap kedua ini bayi diajar makan mulai dengan makanan yang lembut, misalnya biskuit yang dicairkan. Mulailah sedikit demi sedikit, karena pola perubahan makan ini awalnya akan ditolak bayi dengan cara melepehkannya. Kekentalan ditingkatkan bertahap. Setelah mampu menerima biskuit kemudian dilanjutkan dengan bubur susu, lalu bubur saring, nasi tim, nasi lembek plus lauk, dan seterusnya. 
Nah, para pembaca Perkembangan Balita, dengan proses bertahap ini bayi diharapkan dapat melewati masa transisi dengan mulus.

Comments