Pola Asuh Anak : Orang Tua Yang Pilih Kasih

Pola Asuh Anak : Orang Tua Yang Pilih Kasih
Pola Asuh Anak : Orang Tua Yang Pilih Kasih
Perkembangan Balita - Sebagai anak tentunya mereka pingin diberlakukan seadil-adilnya diantaranya saudara-saudaranya oleh orang tuanya tanpa adanya pilih kasih. Jika orang tua tidak bijaksana, maka sikap pilih kasih hanya akan mempertajam persaingan di antara kakak-adik.

Apabila orang tua melakukan pola asuh yang salah seperti pilih kasih, tentunya ada alasannya, seperti disebut di bawah ini:
  • FAKTOR KESAMAAN DENGAN ORANG TUA - Misalnya,karena si ayah merupakan anak tertua di keluarganya, maka ia pun lebih simpati pada anak sulungnya. Bisa juga, anak memiliki kesamaan sifat dengan ibunya sehingga si ibu lebih sayang padanya,  atau si anak tak disukai ibunya lantaran memiliki sifat seperti ayahnya yang dibenci oleh si ibu.
  • RIWAYAT KEHAMILAN - Karena kehamilan sangat diharapkan, maka setelah lahir, si anak menjadi kesayangan orang tua. Sebaliknya, pada kehamilan yang tak diharapkan, orang tua malah jadi sebal pada si anak.
  • ANAK "ISTIMEWA" - Antara lain, si anak sering sakit-sakitan atau memiliki penyakit tertentu. Orang tua khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya, sehingga mereka memberi lebih banyak  waktu dan perhatian kepadanya. Rasa takut kehilangan membuat anak itu jadi sangat berharga bagi orang tua. Malah,sering kali anak memiliki nilai tersendiri, seperti pembawa keberuntungan, sehingga ia diperlakukan lebih istimewa dibandingkan anak lainnya.
  • FAKTOR BUDAYA - Adanya nilai-nilai budaya yang mementingkan jenis kelamin tertentu sehingga orang tua lebih menyayangi atau mengutamakan kebutuhan anaknya dari jenis kelamin tersebut dibanding anak lainnya. 
DAMPAK SIKAP PILIH KASIH

Dari alasan di atas, tentunya akan memberikan dampak yang buruk pada si anak. Secara umum,inilah sejumlah dampak pada anak yang ditimbulkan dari sikap pilih kasih orang tua:
  • MERASA DIABAIKAN ORANG TUA - Pada usia 3 tahun, karena perhatian  dari orang tua masih sangat kuat, anak sering kali memunculkan tingkah laku yang dapat menarik perhatian orang tuanya, seperti menangis, ngambek dan perilaku negatif lainnya. Saat sedang berlangsung kondisi itu, biasanya orang tua akan menegur sehingga anak merasa telah mendapatkan perhatian dari orang tuannya walaupun sifatnya “terpaksa”. Dengan kondisi ini , anak akan terus berusaha memenuhi kebutuhannya akan afeksi.
  • KESAL DAN CEMBURU PADA SI ANAK "EMAS" - Akan timbul persaingan antar saudara (sibling rivalry) artinya  hubungan yang seharusnya hangat, berubah dingin dan penuh ketegangan . Masing-masing pihak berusaha mendapatkan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya dari orang tua hanya untuk dirinya saja.
  • MELAMPIASKA RASA MARAHNYA TERHADAP ORANG TUA KEPADA SI "ANAK EMAS" - Apalagi jika anak yang dicemburui berada di bawah usianya, bukan tak mungkin  ia akan melakukan tindak kekerasan kepada si anak “emas” itu. Tindakan dapat dilakukan secara verbal dan fisik. Jika si anak sudah memiliki kemampuan verbal (dapat berbicara) atau jika kemampuan motorik kasarnya untuk memukul, menyikut, menendang, dan tindakan agresif lainnya sudah berkembang. Biasanya sekitar kurang lebih 2 tahun.
  • SULIT BERSOSIALISASI DENGAN LINGKUNGANG SOSIAL LAINNYA, SEPERTI TEMAN SEBAYA - Terutama terlihat pada usia 3-5 tahun. Hubungan yang tak baik dengan orang tua yang pilih kasih membuat anak merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Ini terjadi karena anak masih mengharapkan pemenuhan kebutuhan afeksinya dari orang tua, sementara di pihak lain anak harus berbagi afeksi dengan orang lain.
  • MENIRU SIKAP ORANG TUA - Ingat, orang tua adalah model utama dalam perkembangan kepribadian anak. Sikap orang tua yang secara tak sadar menolak  seorang anak akan ditangkap dan dicontoh oleh anak yang lainnya (imitasi). Anak akan belajar untuk bersikap yang sama seperti orang tuanya.
  • MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI NEGATIF - Anak memandang dirinya sebagai seseorang yang tidak berarti, sehingga ia menjadi anak yang pasif, bahkan apatis. Ini sudah dapat dirasakan anak mulai usia kira-kira 1,5-2 tahun, ketika ia sedang belajar mengembangkan otonomi. Jika otonomi ini tak diperoleh, maka hasilnya adalah rasa malu dan ragu yang mengarah kepada rasa minder. Dan rasa minder ini akan semakin kuat di usia sekolah.
YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA: 

INTROPEKSI DIRI
Gali apa yang menyebabkan Anda sampai bersikap pilih kasih terhadap anak. Tanamkan dalam diri bahwa tak ada  anak yang ingin diperlakukan berbeda dengan saudara kandungnya dalam hal kasih sayang.

SEDIAKAN WAKTU UNTUK ANAK "TERBUANG"
Beri waktu lebih banyak bagi anak yang kurang disukai/dikasihi untuk melakukan kegiatan bersama, sampai akhirnya membagi waktu yang sama untuk setiap anak. Misal, sambil mengganti baju si bungsu, Anda bisa memuji gambar yang sedang dikerjakan si sulung. Bukan dengan menunda pemberian pujian hanya karena harus mengganti baju si bungsu.

KENALI KEBUTUHAN ANAK SESUAI TAHAP PERKEMBANGANNYA
Dengan peka terhadap apa yang akan terjadi pada masa anak menjalani tahap-tahap perkembangannya, Anda dapat sedini mungkin menghindari sikap pilih kasih. Sebab, Anda telah memiliki pemahaman yang baik akan dampak perlakuan orang tua terhadap perkembangan kepribadian anak. Disamping itu, Anda juga harus peka terhadap perilaku yang ditampilkan anak dan mampu menyikapinya sesuai kebutuhan tahap perkembangannya.

GUNAKAN KATA-KATA BIJAK
Hindari penggunaan kata-kata yang bersifat mengutamakan ataupun mendahulukan kepentingan/kebutuhan salah satu anak. Anda harus mampu menggunakan kata-kata bijak sehingga anda tidak punya pemikiran bahwa orang tuanya pilih kasih.

PERLAKUKAN MASING-MASING ANAK SECARA UNIK
Orang tua harus sadar bahwa setiap anak itu berbeda. Beri anak perhatian yang lebih dari yang lainnya, kalau memang itu dibutuhkannya. Di sisi lain, beri pengertian pada anak yang lain mengapa saudaranya harus diperlakukan lebih dari dirinya

Nah, para pembaca Perkembangan Balita,  semoga artikel pola asuh di atas bisa berguna bagi Anda semua dalam menerapkan pola asuh yang tepat pada anak.

Comments

  1. maaf saya mau tanya daftar pustaka dari artikel ini ada apa tidak ya?

    ReplyDelete

Post a Comment