Pola Asuh Anak: Terlalu Mudah Memberikan Hadiah

Pola Asuh Anak: Terlalu Mudah Memberikan Hadiah
Pola Asuh Anak: Terlalu Mudah Memberikan Hadiah
Perkembangan Balita - Seperti kita ketahui bahwa anak-anak yang diberikan hadiah akan merasa senang sekali. Sebagai orang tua, tentunya kita sangat bahagia bila kita melihat anak-anak kita senang. Setuju, bukan?

Orang tua dalam memberikan hadiah kepada anak-anaknya, tentunya mempunyai alasan sebagai berikut:
  • HADIAH MERUPAKAN UNGKAPAN KASIH SAYANG - Semakin banyak hadiah yang diberikan berarti semakin sayanglah orang tua pada anak, tak peduli dengan tujuan dari pemberian hadiah tersebut.
  • MEMBANGUN PRESTASI DAN PRILAKU POSITIF  - Sepintas terlihat sangat baik, hadiah diberikan agar anak termotivasi untuk berprestasi. Perilaku positif anak pun bisa diperkuat lewat iming-iming hadiah. Tetapi siapa yang dapat menjamin anak akan  berperilaku positif atau prestasinya meningkat tajam, jika terlalu banyak diberi hadiah.
Tetapi kita perlu ketahui bahwa anak-anak yang sering mendapatkan hadiah dari orang tuanya, juga tidak baik untuk perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Mengapa? Karena dengan sering memberi hadiah, apresiasi anak terhadap hadiah menjadi rendah. Hal ini menyebabkan anak berkembang menjadi pribadi penuntut.

Di bawah ini akan kami sampaikan DAMPAK PEMBERIAN HADIAH yang sering dalam perkembangan anak tahap demi tahap dan TIPS YANG MESTI DILAKUKAN ORANG TUA: 

SI BAYI BELUM MENGENAL HADIAH
Bayi hanya merasa senang karena mendapatkan mainan baru. Begitu juga dengan pujian berlebihan, tentu bayi belum mengerti makna pintar, bagus, dan lainnya. Ia pun belum paham kenapa disebut pintar dan bagus.                                              

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA:  
Dalam hal ini tidaklah penting bayi dibelikan banyak mainan, melainkan memberikan kesempatan pada bayi untuk bereksplorasi dengan mainan itu. Mainan yang diberikan kepada bayi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap perkembangan bayi. Dalam memilih mainan, pilihlah mainan yang tidak hanya bagus, tetapi juga mencerdaskan.

SI BALITA "GILA" PUJIAN
Apresiasi batita pada sebuah hadiah sangatlah kecil. Hadiah yang biasa diberikan takkan sanggup meningkatkan kemampuannya. Tak jarang, ia malah mudah marah  saat hadiah yang didapat tak sesuai harapan, entah bentuk atau pilihan warnanya. Ia pun cenderung pilih-pilih hadiah. Sementara pujian yang berlebihan membuatnya “gila” pujian. Sedikit saja dia berbuat, harus mendapat apresiasi lebih. Jika tidak, ia bisa marah dan mogok melakukannya lagi.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA:
Jangan biasakan memberi hadiah tanpa ada maksud/tujuan atau pada moment-moment tertentu seperti ulang tahun. Hadiah tak perlu mahal, yang penting dapat membantu meningkatkan kemampuan anak. Contohnya memberikan hadiah sepeda roda tiga. Selain sebagai bentuk penghargaan, hadian ini juga untuk menstimulasi kemampuan lain yang lebih tinggi.
Batasi pujian agar anak tidak tinggi hati, dan tegurlah bila ia berprilaku negatif. Porsi teguran dan pujian harus seimbang agar anak tahu mana perilaku yang sebaiknya diulangi dan mana yang tidak.

SI PRA SEKOLAH YANG TINGGI HATI 
Kebanyakan pujian membuat anak tinggi hati. Ia menganggap dirinya yang terbaik, sementara anak lain tak ada apa-apanya. Saat masuk ke sebuah kelompok dengan kompetisi ketat, ia akan mudah frustasi karena label terbaik yang dimilikinya tak sesuai dengan kenyataan. Sedangkan pemberian hadiah yang kerap membuat anak tak tertantang untuk meningkatkan kemampuannya. Ia pun kurang bisa merawat/menjaga hadiah yang diberikan, apalagi jika dianggapnya kurang berharga.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA:  
Saat memberi hadiah, jelaskan kenapa hadiah itu diberikan. Minta ia menjaga dan merawatnya.
Fokuslah terhadap pujian yang diucapkan. Contohnya saat menyebutnya sebagai anak pintar, harus jelas apakah ia pintar karena sudah bisa mengenal huruf, memainkan komputer, atau merangkai huruf. Beri juga motivasi agar anak meningkatkan kemampuan.

SI 6-8 TAHUN JADI STRESS  
Anak cepat stres karena terbebani oleh aneka pujian dan label positif yang diberikan. Sikap sok tahu dan menggurui juga kerap melekat pada anak. Sementara hadiah yang berlebihan membuatnya gampang menyerah dan menghindari kerja keras. Ia akan kesulitan saat menemui hambatan-hambatan sekolah. Nantinya, bukan tak mungkin ia menganggap materi adalah segala-galanya. Ia senang kalau ada teman sering mentraktirnya. Segala sesuatu yang diberikan pun harus mendapat imbalan. Jika tidak, ia takkan memberi jasa. Jangan heran kalau ia tak mau disuruh membeli sesuatu di warung tanpa “ongkos kirim”.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA:
Jangan dibiasakan menghargai anak lewat barang/benda.
Terangkan, hadiah yang diperolehnya mesti diimbangi dengan usaha dan kerja keras.
Sebenarnya di usia ini, pujian dan ungkapan kadang sudah cukup memotivasi anak. Tapi ingat, jangan berlebihan.
Jelaskan, apresiasi dari lingkungan lebih besar dampaknya buat anak. Saat ia juara kelas, misal, ayahnya paling membelikannya video game atau tiket nonton film.  Tetapi lingkungan memberi kado lebih besar lagi; ia lebih dihormati dan disegani teman serta guru. Itu merupakan kebanggan yang tiada bandingnya.

9-12 TAHUN "MEMBELI' TEMAN 
Anak kurang menghargai uang sehingga terlihat cukup konsumtif, setiap hari bisa menghabiskan uang dalam sekejap. Tak jarang ia “membeli” pertemanan dengan uang, mentraktir teman-teman agar setia kepadanya. Padahal bukan tak mungkin teman-temannya akan berpaling begitu uangnya habis.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ORANG TUA: 
Ajarkan, pertemanan hendaknya dilandasi oleh niat tulus, bukan uang/hadiah. Ajarkan juga agar ia mengatur uang jajannya sehingga bisa menghemat. Sebaiknya anak juga dibiasakan “memberi” kepada orang lain. Saat teman atau gurunya ulang tahun atau terkena musibah, ajaklah untuk memberi hadiah/bantuan.

Nah, para pembaca Perkembangan Balita,  semoga informasi pola asuh anak di atas berguna bagi Anda semua sehingga bisa membatu dalam memberikan pola asuh yang benar pada anak. Salam bahagia....

Comments